Pages

24.8.11

Renungan Hati 6 Sufi

Countdown 5 days more to Lebaran Yippiiiieeee *dancing-dancing* . Cepet banget ya ga berasa bentar lagi Ramadhan berakhir, bersyukur karena masih bisa merasakan bulan yang penuh suci ini. Berdoa dan berharap masih bisa merasakannya. Amin.

Di bulan yang suci ini saya pribadi merasa jauh lebih baik dalam beribadah, bukan sombong apalagi takabur tapi Ramadhan ini saya merasa menjadi pribadi yang lebih dewasa dalam berbagai hal. Saya berharap kualitas ini bisa dipertahankan dan jauh lebih baik ke depannya. Bukankah hidup ini penuh dengan perubahan? Tentunya saya juga ingin bisa menjadi pribadi yang bisa berubah ke arah yang lebih baik.

Idul Fitri adalah hari kemenangan bagi umat Muslim, hari yang fitri dimana semua orang merayakannya, meminta maaf dan tentunya saling bermaaf-maafan. Kita semua kembali dengan rasa, jiwa dan hati yang bersih karena di saat itu ada pintu saling memaafkan atas semua kekhilafan kita. Manusia merasa, menyadari, dan mengalami dengan menggunakan hati. Hati di sini bukanlah organ tubuh melainkan sesuatu yang tidak fisik. Dengan hati yang bersih maka kita kembali fitri.

Bicara mengenai hati, ini adalah sesuatu yang penting yang banyak di sebut dalam kitab suci berbagai agama untuk menggambarkan hubungan manusia dengan penciptanya terutama dalam Alqur’an. Ada kurang lebih 200 ayat yang mengingatkan keberadaan hati dan penggunanya. Disebutkan hati di sini sebagai qalbu dan jika diterjemahkan menjadi hati nurani. Hati yang tidak hanya disebutkan sebagai hubungan antara manusia dan penciptanya saja melainkan juga antara manusia dengan makhluk lainnya.

Berikut ini ada renungan hati 6 Sufi:

- Imam Al-Bukhari
Hati yang sehat mengembara dari dunia menuju akhirat dan seakan-akan telah sampai di sana sehingga dia merasa seperti telah menjadi penghuni akhirat. Dia datang dan berada di dunia ini, seakan-akan sebagai orang asing yang sekedar mengambil keperluannya, lalu akan segera kembali ke negeri asalnya.

- Imam Al-Ghazali
Seorang manusia takkan mampu mengenal Tuhan-Nya, bila tidak mengenal dirinya sendiri. Dan ia takkan mampu mengenal dirinya sendiri, bila tidak mengenal hatinya. Sayang, kebanyakan manusia tidak mampu mengenal hati dan dirinya.

- Jalaludin Rumi
Hati yang murni laksana sebuah cermin tanpa noda, tempat dan bayang-bayang keindahan ilahi terpantul. Musa, sang wali sempurna, memantulkan dalam cermin hatinya, zat yang terbentuk, bayangan zat yang tidak terlihat. Bentuk ini, bayangan ini, tidak mampu dikandung oleh surga, tidak pula oeh lautan, tidak oleh semesta. Semua ini memiliki batas, namun cermin hati tiada berbatas.

- Syech Abdul Qadir Al-Jaelani
Hati itu yang mengatur seluruh anggota badan. Hati juga alat penembus hakikat. Bila hati manusia mati, maka mata hatinya pun buta.

- Abdullah Ibnu Mas’ud R.A.
Penyebab hati menjadi mati adalah terlalu banyak makan, berteman dengan orang yang zalim dan ikut haluannya, melupakan dosa-dosa yang pernah dilakukan dan menumpuk tinggi angan-angan. Sedangkan penerang hati adalah: makan secukupnya, berteman dengan orang-orang saleh dan mengikutinya, mengingat dosa yang pernah dilakukan dan membangun harapan sesuai dengan kemampuan.

- Ibnu Athaillah Al-Iskandari
Hati ibarat cermin, sedangkan hawa nafsu seperti asap atau uap. Setiap kali asap menempel di cermin, cermin itu pun akan menghitam sehingga kejernihan akan pudar. Hati yang lemah tak ubahnya seperti cermin milik orang tua renta yang sudah tidak punya perhatian untuk membersihkannya. Ia abaikan dan tak pernah lagi ia pakai hingga wajahnya tak keruan. Sebaliknya, hati yang mengenal Allah, seperti cermin milik pengantin wanita yang cantik. Setiap hari ia bersihkan cermin tersebut dan ia pakai sehingga tetap bening dan mengkilat.

Maukah kita kembali fitri dengan hati yang bersih? Mohon maaf lahir dan batin.

Sumber: Majalah Femina