Tadi pagi, pas jalan ke kantor, gak sengaja banget ketemu tetangga gue yg masih SD, namanya Yuli, dia pake baju Bali gitu, lucu dan cantik, dan lagi sama mamanya, kayanya mo pergi ke suatu acara gitu dan dengan sangat antusias gue tanya gini:
windi : Hai, mau ke mana nih, ada acara apa?
mama yuli : *dengan jawaban yang seadanya karena terburu-buru* Hari ini kan Kartinian..
OH IYA, gue LUPA hari ini kan tanggal 21 April, hari Kartini, yang biasanya pada zaman SD gitu pake baju daerah, hehehehe. Ya maklumlah sekarang ini gue bener-bener da gak ngerasaain hawa-hawa Kartinian di kantor. Soalnya gak ada Kebayaan, atau semacamnya. Mungkin di beberapa kantor ada yg ikut merayakan dengan memakai baju daerah/kebayaan. Sebenarnya bukan alasan juga sih, tapi memang dasar si neng Windi ini, LUPA oi..bener-bener LUPA..hehehe... Sampai akhirnya jadi pengin nulis mengenai Kartini deh, hehehe..
Bicara mengenai Kartini, beliau ini kan identik banget ya dengan perjuangan yang pada zamannya ingin wanita tuh disetarakan dengan para kaum pria gitoh agar mendapat kesempatan yang sama dalam hal pendidikan, kerja, dll. Mungkin gak cuma Bunda Kartini aja yg memperjuangkan, banyak pejuang-pejuang wanita yang lainnya juga. Tapi kenapa ya hanya Kartini yang jadi hari besar dan dirayakan?
Terlepas dari pertanyaan tadi, apa kabarnya wanita-wanita zaman sekarang ya? Gue rasa udah cukup dapat tempat di lingkungannya, walau terkadang gender tuh masih menjadi kendala, terutama di dunia kerja, disadari atau tidak disadari. Terkadang hal-hal yang berbau ‘wanita’ masih dipandang sebelah mata. Tapi Alhamdulillah gue merasa dapat kesempatan yang sama dengan laki-laki.
Cuma ada yang bikin gue agak-agak gimana gitu, sebel iya, gregetan, bawaannya pengin ‘ngritik’ mulu, kalau ngeliat tayangan-tayangan sinetron yang banyak menguras air mata wanita dan memperlihatkan 'ketidakberdayaan' wanita. Banyak dari sinetron di Indonesia yang temanya sama, ya harta lah, ibu tiri lah. Yang baik, terlihat baik banget sampai terkadang selalu teraniaya, sedangkan yang jahat terlihat jahat banget.
Sinetron kita banyak memperlihatkan seolah-olah tuh wanita lemah banget, gak berdayalah, nangis mulu, cuma bikin susah. Apa iya? Terlalu lebai tuh sinetron-sinetron. Padahal kan GAK segitunya. Mbok yo bikin sinetron yang kreatif dikit gitu yang bisa mengangkat tema-tema wanita yang kuat (Xena dong, hehehe) maksudnya ya..yang gak termehek-mehek mulu. Sepertinya terlihat wanita ya kayak gitu dan 'sah' aja terlihat 'lemah' dan nangis terus. Kasian banget tuh wanita..COME ON....gimana mau jadi bangsa yang kuat kalau di exposure dengan tayangan yang seperti itu. Yang menurut gue lebih banyak mengangkat ‘ketidakberdayaan’ dibandingkan ‘kelebihan-kelebihan’ dari wanita. Ck..ck....mo dibawa ke mana nih para wanita kalau tayangannya begitu. Kasian dong ibu Kartini yang memperjuangkan hak-hak wanita supaya kita kaum wanita tidak menjadi cengeng, tapi harus kuat dan mendapat perlakuan yang sama.
Bukannya melalui tayangan kita bisa melihat dan memandang mengenai wanita? So, mudah-mudahan para pembuat sinetron-sinetron tidak mengangkat ‘kelemahan’ wanita aja. Tetap penuh kreatif para pembuat film...SEMANGADDDDDDDDDDDDDDD...
So wahai para Kartini'ers, para wanita, tunjukkan inner beauty dan kelebihan-kelebihan kita agar kita juga bisa memperjuangkan hak kita sebagai wanita. Hidup WANITA!!!!
*sumber foto: internet*